Mahasiswa Berprestasi Utama Universitas Indonesia atau yang biasa disebut Mapres UI adalah ajang pemilihan mahasiswa berprestasi ditingkat Universitas Indonesia. Setiap fakultas di lingkungan Universitas Indonesia mengirimkan perwakilan mahasiswa berprestasi utama tingkat fakultas untuk ditetapkan sebagai mahasiswa berprestasi tingkat universitas. Perwakilan mahasiswa tersebut nantinya akan mewakili Universitas Indonesia di ajang pemilihan Mahasiswa Berprestasi Tingkat Nasional. Proses seleksi Mapres UI berdasarkan riwayat kegiatan akademis dan kegiatan non-akademis masing-masing calon mapres. Pada tahun ini Mapres UI mengangkat tema “Mahasiswa Universitas Indonesia Yang Unggul Untuk Kemajuan Bangsa”. Dalam Malam Apresiasi Prestasi Mahasiswa UI 2017 juga memberikan apresiasi dan penghargaan kepada para mahasiswa UI yang berprestasi dalam bidang penalaran, olahraga, seni, dan budaya. Mapres tiap fakultas di UI tahun ini sempat mampir ke kabin RTC UI untuk berbagi pengalaman mereka. Mari kita bahas satu persatu para mahasiswa berprestasi yang mewakili masing-masing fakultas di UI.

Aditya Benyamin, yang biasa dipanggil Ben merupakan mapres asal Fakultas Psikologi. Lomba pertamanya yakni lomba esai yang diadakan di University College of Melbourne. Momen tersebut merupakan pengalaman yang menurutnya tak terlupakan. Awalnya ia tidak tertarik dengan lomba tersebut, melainkan temannya yang tertarik. Namun, karena ajakan temannya tersebut, ia memutuskan untuk ikut berpartisipasi. Tidak disangka, berawal dari ajakan teman, akhirnya Ben mendapatkan juara 3. Bonus lainnya yang didapat yaitu bisa travelling gratis ke negara tetangga. Baru-baru ini ia juga baru saja mendapatkan juara 1 dalam Lomba Cerdas Cermat Psikologi di Universitas Bina Nusantara. Ia juga pernah ditunjuk sebagai delegasi resmi dari UI untuk mengikuti Singapore Moderat tahun 2016 dan dinobatkan sebagai tim Universitas terbaik. Ben yang pernah memiliki cita-cita menjadi paleontologist (ahli fosil) berpendapat bahwa kondisi pendidikan di Indonesia kini memiliki disparitas antara kota besar dan daerah pelosok. Ia berharap disparitas yang ada saat ini dapat segera hilang. Topik LKTI (Lomba Karya Tulis Ilmiah) yang diangkat adalah mengenai keluarga. Ben membuat program yang berusaha meningkatkan pemahaman dan membangun karakter untuk berkeluarga. Alasan dalam pemilihan topik LKTInya, karena ia pernah mengambil mata kuliah pilihan psikologi keluarga. Dalam pembuatan LKTInya, Ben mendapatkan pesan, yaitu kalau cinta saja itu tidak cukup untuk membangun keluarga, tapi cinta itu bisa jadi awal yang indah dan perlu dikembangkan lebih lanjut lagi.

Mapres asal FK juga tak kalah menginspirasi. Stefanus Samudra atau yang biasa disapa Nano, telah memperoleh perunggu dari lomba karya tulis yang ia ikuti di Thailand. Dalam pembuatan LKTI-nya, ia membawa unsur yang berhubungan dengan penyakit tuberculosis. Alasannya, agar ia dapat menemukan cara untuk mengobati penyakit ini dengan cepat dan hal ini juga masih berhubungan dengan karya tulisnya yang ia lombakan di Thailand. Baginya menjadi mahasiswa FK UI lebih ringan dari pada saat ia menjadi siswa SMA. Nano mengira bahwa kalau menjadi mahasiswa di jurusan kedokteran akan seperti “kutu buku”, tapi bagi Nano nyatanya tidak. Nano masih dapat mengikuti beberapa organisasi, seperti AMSA (Asian Medical Students Association), tim basket di fakultasnya, dan komunitas musik. Kapten basket FK UI ini, berpendapat bahwa kondisi pendidikan di Indonesia harus dilepaskan dari pemikiran masyarakat tentang orientasi nilai. Karena hal itu menjadi salah satu penyebab seseorang dicap “pintar” atau “bodoh”, misalnya seorang pelajar mendapatkan nilai 100, orang langsung mengecap pelajar tersebut sebagai individu yang pintar. Nano memberi saran untuk belajar sebaik-baiknya, agar generasi yang di bawah kita dapat mencontoh. Mapres yang mendapatkan kategori karakter terbaik ini berharap, Indonesia tidak kekurangan dokter di setiap daerah, dan baginya hidup itu untuk mengabdi pada msyarakat, jadi sebagai manusia harus berguna untuk orang lain.

Mapresnya FKG tahun ini adalah Sabrina Amira. Sabrina juga akan berpengalaman mengikuti lomba di luar negeri. Karya tulisnya dikabarkan baru saja diterima di APDSA (The Asia Pacific Dental Students Association), yang akan dilombakan pada Agustus tahun ini di Hongkong. Sebelumnya, Sabrina telah meraih beberapa prestasi dalam perlombaan yang ia ikuti. Ada yang menarik dalam perkuliahannya di FKG, yakni satu mata kuliah yang jumlah sksnya 14, yang mana hal tersebut sangat berbeda dengan beberapa fakultas di UI. Walaupun Sabrina sudah sibuk dengan kegiatan akademisnya, ia masih menyempatkan diri untuk mengikuti organisasi di fakultasnya. Sabrina mengikuti LDF (Lembaga Dakwah Fakultas) FKG. Ia bergabung dalam LDF FKG sejak menjadi mahasiswa baru, kini dalam organisasi tersebut Sabrina merupakan salah satu pengurus inti. Dalam pemilihan topik LKTInya, Sabrina membawa hal yang dapat mendukung anak-anak untuk terbiasa menyikat giginya. Alasan dalam pemilihan topik tersebut, karena baginya permasalahan gigi itu paling besar, selain itu ia juga ingin masyarakat paham bahwa menyikat gigi sejak dini itu penting. Mapres yang ingin menjadi dekan FKG ini berharap, cara mendidik pelajar di Indonesia dapat diubah, karena menurutnya pelajar di Indonesia itu dituntut untuk belajar banyak teori tetapi kurang diajarkan penerapannya. Jika ia menjadi dekan FKG pun, ia sangat ingin berkontribusi untuk memperbaiki pendidikan di FKG UI.

Satu-satunya mapres berangkatan 2015, yakni Syifa Amania Afra. Mapres yang berasal dari FIA ini aktif dalam Himpunan Mahasiswa di jurusannya. Selain itu Syifa juga aktif dalam kegiatan di luar kampus. Ia mengikuti salah satu komunitas yang berdomisili di Bogor dan berposisi sebagai sekretaris jendral. Komunitas tersebut berfokus pada masalah sosial, yang mana kegiatannya tidak hanya bergerak dalam satu kota. Dalam pemilihan topik LKTInya, ia memilih judul Program Digital Capability Building sebagai inovasi tata kelola dana desa. Alasan pemilihan topiknya, karena Syifa terinspirasi dari salah satu kegitannya dalam komunitas yang ia ikuti saat melakukan pembinaan suatu desa. Bagi mapres yang memiliki hobi travelling ini, kondisi pendidikan di Indonesia sedang tidak baik-baik saja, karena pendidikan di Indonesia masih mahal dan masih belum mencapai tujuan dari pendidikan itu sendiri. Syifa berharap pendidikan di Indonesia itu murah dan seluruh warga Indonesia mudah mendapatkan pendidikan. Salah satu hal yang ia lakukan untuk membantu pendidikan di Indonesia, yakni mengajar anak-anak jalanan, anak-anak yang berlatarbelakang kurang mampu.

Mapres-mapres utama dari setiap fakultas di UI ini berpesan, jika kalian ingin menjadi mapres jangan takut untuk mencoba. Beranikan diri untuk mendaftar, karena siapa tahu kalian bisa menjadi contoh yang lebih baik dari pada yang sebelumnya. Dan tentunya persiapkan prestasi juga dengan mengikuti lomba-lomba yang dapat mengembangkan diri kalian. Semoga ulasan ini dapat menginspirasi kalian untuk menjadi mapres di tahun-tahun berikutnya.