W3.CSS Template

BERANI BILANG “TIDAK”: STOP BEING A PEOPLE PLEASER!

Kamu susah bilang engga? Sering ngerasa ngga enak untuk menolak permintaan orang lain? Atau kamu ingin selalu menyenangkan orang lain? Jangan-jangan tanpa sadar kamu adalah seorang people pleaser!

People pleaser adalah sebutan bagi seseorang yang memiliki kebutuhan emosional untuk selalu menyenangkan orang lain, seringkali dengan mengorbankan kebutuhan atau keinginannya sendiri. Hal ini ia lakukan agar ia bisa diterima, disukai, dan diandalkan dalam segala hal. Seorang people pleaser memiliki kecenderungan untuk melakukan apapun agar tidak mengecewakan orang lain di sekitarnya, meski tak jarang hal itu bertentangan dengan apa yang ia inginkan atau rasakan.

Untuk memahami people pleaser, kita dapat melihat bagaimana masa kanak-kanaknya berlalu dan bagaimana ia tumbuh. Bisa jadi dulu ia tumbuh dalam lingkungan keluarga yang tidak dapat memaafkan kesalahan atau perlawanan-perlawanan kecilnya yang sesungguhnya alami. Atau mungkin ia dibesarkan oleh figur orang tua yang rentan dan rapuh, sehingga ia dituntut untuk menyembunyikan perasaannya karena tidak ingin menambah beban pikiran. Mungkin juga, sejak kanak-kanak ia tidak pernah diberi ruang untuk mengekspresikan dirinya. Mengungkapkan pendapat dan perasaannya yang tidak sejalan dengan keinginan keluarganya hanya akan menimbulkan konflik. Maka, ia tumbuh dengan pola pikir bahwa ia harus selalu menjadi seseorang sebagaimana harapan dan ekspektasi orang lain terhadapnya. Hal-hal tersebut adalah tanggung jawab yang besar bagi seorang anak, dan dapat menjadi pemicu ketegangan mental dan emosional yang signifikan.

Yuk simak seperti apa sih ciri-ciri people pleaser itu? Jangan-jangan kamu salah satunya!

1. Sulit mengatakan “tidak”

Karena memiliki kecenderungan untuk selalu menomorsatukan kepentingan orang lain, seorang people pleaser menjadi khawatir ketika menolak permintaan bantuan dari orang lain. Ia takut akan bayangan mengecewakan orang lain. Akibatnya, ia selalu mengiyakan permintaan yang datang dengan senyuman, tetapi dalam hati menyimpan banyak beban dan rasa kesal. Ketika membantu orang lain sudah menjadi beban, penting untuk dipertanyakan pada diri sendiri, apakah membantu orang lain tersebut benar karena keinginan atau karena merasa berkewajiban?

2. Setuju dengan suara terbanyak karena takut akan adanya konflik

Seorang people pleaser mempunyai kecenderungan yang tinggi untuk diterima orang lain. Ia menjadi mudah menyetujui suara terbanyak tanpa mempertimbangkan ataupun repot-repot mengungkapkan opini pribadinya. Ia khawatir dikucilkan dan kehilangan teman ketika memiliki pendapat yang berbeda, sehingga lebih memilih mengamini suara terbanyak meski membuat dirinya tidak nyaman.

3. Terlalu keras dan menekan diri sendiri

Karena tuntutan untuk menyenangkan orang lain, seorang people pleaser berusaha keras untuk memenuhi ekspektasi-ekspektasi yang orang lain tumbuhkan untuknya. Ia sangat menghindari kesalahan dan kegagalan serta selalu berjuang untuk kesempurnaan. Ia juga berupaya untuk hanya menunjukkan sisi baiknya serta menyembunyikan luka dan keadaan terpuruknya. Memendam emosi dan perasaan adalah ciri utama seorang people pleaser.

4. Memandang rendah dirinya sendiri

Seorang people pleaser memiliki penilaian yang rendah atas dirinya karena ia mendasarkan nilai dirinya berdasarkan pengakuan dan penilaian orang lain. Akibatnya, ia tidak terlalu mengenali dirinya sendiri karena terlalu sibuk mengamati dan memperhatikan orang lain, juga melihat nilai dirinya dalam cermin orang lain.

5. Sering meminta maaf

Hal ini terjadi karena seorang people pleaser merasa bertanggung jawab atas perasaan atau kondisi emosional orang lain, bahkan ketika hal itu tidak berhubungan dengan dirinya. Ia kerap terburu-buru meminta maaf ketika terjadi suatu hal karena takut akan membuat marah dan kecewa orang lain, meski ia tidak menjadi penyebab atas terjadinya suatu kesalahan tersebut.

Wahh, kalo ciri-ciri tersebut sangat menggambarkan diri kamu, bisa jadi tanpa sadar kamu sudah menjadi people pleaser! Terus, gimana dong untuk berhenti jadi people pleaser?

Kuncinya, validate yourself. Jangan mendasarkan nilai diri kamu dari pendapat ataupun standar orang lain. Hal tersebut bisa menjadi penyebab kamu memandang rendah diri sendiri dan berakibat pada serangan kecemasan dan depresi. Ketika nilai diri ditentukan oleh orang lain, kamu bisa kehilangan kendali atas siapa diri kamu loh! Pisahkan apa yang orang lain pikirkan dengan apa yang kamu pikirkan serta seperti apa diri kamu sebenarnya. Dengan begitu, kamu bisa lebih menghargai, memvalidasi, dan percaya terhadap diri sendiri tanpa perlu orang lain yang memberikannya.

Selain itu, jangan takut untuk mengatakan ‘tidak’. Ingatlah bahwa mengatakan tidak bukan berarti akhir dari segalanya. Kita justru akan menyadari bahwa banyak dari orang-orang di sekitar kita menghargai perbedaan pendapat, bahkan penolakan selama diungkapkan dengan baik-baik. Menjaga dan menghormati perasaan orang lain itu perlu, tetapi jangan sampai kamu harus terus mengesampingkan perasaan dan pendapatmu ya! Mulailah menyampaikan apa yang kamu inginkan secara jujur, terbuka, dan tegas, namun tetap menghargai orang lain. Karena kamu, pendapatmu, perasaanmu, kepentinganmu, juga sama pentingnya.

Tentu, kita semua senang disukai. Benar, menyenangkan orang lain adalah kebaikan yang juga membuat kita turut bahagia. Memang, mempertimbangkan keinginan dan perasaan orang lain dapat mempermudah kita dalam menjalin hubungan dengan lebih baik. Namun, apabila kadarnya berlebihan, hal ini juga bisa jadi berbahaya untuk diri sendiri. Kita kehilangan kendali dan kesadaran atas apa yang sesungguhnya dirasakan dan dibutuhkan oleh diri kita.

Kamu yang menentukan dirimu. Berhentilah mencari nilai diri dari orang lain dan bebaskan hidup dari sebatas memenuhi ekspektasi.

Content by Dwi Anggia Sukmayanti

Source: parapuan.co