W3.CSS Template

Hopeless Romantic, Rupa Awal dari Hubungan yang Tidak Sehat

Kadang karena terlalu sering menonton film roman atau membaca cerita cinta yang indah, kita menjadi senang membayangkan sebuah hubungan asmara yang sempurna. Akan tetapi, apakah hal itu tetap sehat jika fantasi tersebut seakan-akan “memakan” habis realitas yang berada di kepalamu?

“Ignoring the red flags because I know I can make this work.”

Pernah terbesitkah sebuah pikiran seperti ini ketika Gen Muda sedang menjalani sebuah hubungan? Bisa jadi kamu merupakan seorang hopeless romantic, loh!

Hopeless romantic adalah istilah untuk seseorang yang mempertahankan perspektif utopis (khayalan) yang romantis mengenai cinta tanpa peduli akan seberapa buruk hubungan tersebut. Mereka sudah berkomitmen untuk jatuh cinta dan hanya melihat pasangan sesuai dengan bayangannya yang belum tentu sesuai kenyataan.

Lalu, apakah kamu salah satunya? Yuk, kenali tanda-tanda hopeless romantic!

1. Cepat jatuh cinta

Orang yang hopeless romantic biasanya cepat sekali jatuh cinta, bahkan di tahap awal hubungan. Ketika menyukai seseorang, mereka biasanya tidak akan melihat pasangan secara rasional. Sebaliknya, dirinya akan melihat pasangan dari fantasinya dan selalu mengharapkan agar pasangannya bisa sesuai dengan ekspektasinya.

2. Mereka tidak memprioritaskan diri sendiri dan memuliakan pasangannya

Seorang hopeless romantic kerap mendedikasikan seluruh waktu, energi, dan upaya mereka dalam sebuah hubungan sampai kehilangan diri sendiri.

3. Mengabaikan tanda bahaya

Mereka biasanya juga tidak sadar akan tanda bahaya saat menjalin hubungan. Hal ini bisa disebabkan karena seorang hopeless romantic terlalu fokus pada sifat-sifat yang membuat dirinya jatuh cinta, sehingga mereka mengabaikan tanda bahaya tersebut dan meyakinkan diri sendiri bahwa itu tak nyata.

4. Biasanya berakhir dengan cinta bertepuk sebelah tangan

Orang-orang hopeless romantic biasanya lebih suka memberi lebih banyak kepada pasangan mereka. Akibatnya, jika hal ini dilakukan pada orang yang kurang tepat, mereka akan tidak menerima balasan cinta yang sama dan rentan terjebak dalam toxic relationship.

Lalu apakah hopeless romantic selamanya buruk?

Tidak ada yang salah jika seseorang menjadi hopeless romantic, seperti percaya pada cinta sejati, menghargai romantisme, dan menginginkan hubungan layaknya dongeng. Namun, yang menjadi masalah adalah ketika mereka kurang memiliki kesadaran terhadap cinta yang realistis.

Para ahli mengatakan ada alternatif yang lebih baik untuk menjadi romantis, yakni hopeful romantic. Pola pikir ini melibatkan hasrat, namun pragmatis dan tidak mengabaikan realita. Selain itu, kita bisa mengubah pola pikir dan mengatur diri sendiri terlebih dahulu dengan menjadi orang yang optimis tapi juga realistis akan cinta dan mencintai diri sendiri.

Dr. Edith Eger, seorang psikolog dan penulis buku laris “The Gift: 12 Lessons to Save Your Life”, percaya bahwa jatuh cinta pada diri sendiri adalah prasyarat untuk membangun hubungan yang memuaskan dengan orang lain. Sebaliknya, penolakan diri adalah yang paling tragis dari semuanya. Ia juga mengatakan bahwa "happily ever after" yang paling nyata berasal dari dalam diri.

“Orang sering mencari pasangan yang sempurna untuk menghargai mereka, tetapi kisah cinta sejati adalah menghargai diri sendiri.”

Content by Ulya Rachma

Source: Oprah Daily dan Klee.id