W3.CSS Template

Kerap Merasa Ragu Akan Kemampuan Diri Sendiri? Yuk Kenali Lebih Dekat Impostor Syndrome!

“Ah, kemaren gue beruntung aja sih bisa dapet IP 4”
“Orang-orang kok pada pinter ya. Kayaknya gue doang deh yang bego”
“Gue mah ngga ada apa-apanya dibanding sama dia”
“Gue doang kayaknya yang masuk UI jalur hoki”

Hayo, siapa nih Gen Muda yang pernah, bahkan kerap berpikir demikian? Hati-hati loh, jangan-jangan kamu terkena impostor syndrome!

1. Pengertian Impostor Syndrome

Singkatnya, impostor syndrome adalah kondisi psikologis ketika seseorang tidak mampu menerima dan menginternalisasi keberhasilan yang diraihnya.
Seseorang yang mengalami impostor syndrome memandang dirinya sebagai “penipu,” yang membohongi orang lain dengan pencapaian dan prestasinya karena menganggap semua hal tersebut hanyalah keberuntungan.
Kondisi ini membuat seseorang selalu meragukan kemampuannya, bahkan merasa tidak pantas dan berhak atas pencapaiannya.
Uniknya, sebuah penelitian menunjukkan bahwa diperkirakan 70% orang pernah mengalami impostor syndrome setidaknya sekali dalam hidup.
Yuk kenali tanda-tanda impostor syndrome!

2. Tanda-Tanda Impostor Syndrome

1. Tidak percaya diri
2. Merasa tidak pantas atas pencapaian yang dimiliki
3. Merasa keberhasilan yang diraih bukan hasil usaha dan kemampuan diri, melainkan keberuntungan semata
4. Selalu membandingkan diri sendiri dengan orang lain
> 5. Takut berlebihan akan kegagalan
6. Memiliki ekspektasi yang terlalu tinggi
Lalu, bagaimana sih caranya mengatasi impostor syndrome?

3. Cara Mengatasi Impostor Syndrome

1. Membuat jurnal atau catatan perjalanan di dalam mencapai keberhasilan
Catatan ini dapat membantumu mengingat proses yang telah kamu lalui, sehingga menyadari bahwa keberhasilan yang kamu raih tidak lain adalah hasil dari kerja kerasmu sendiri.
2.Kelilingi dirimu dengan support system dan lingkungan yang positif
Kamu juga dapat membicarakan impostor syndrome yang sedang kamu alami dengan orang terdekat. Ingat bahwa kamu tidak sendiri, dan orang lain siap memberikan dukungan.
3.Berorientasi pada proses, bukan pada hasil
Kita tentu tahu bahwa tidak akan ada hasil, tanpa sebuah proses. Dibandingkan terlalu memikirkan hasil yang berada di luar kendali diri, akan lebih baik jika kamu berfokus pada seberapa keras usahamu di dalam mewujudkannya.
4.Mengenali kelebihan dan kekurangan diri sendiri
Dengan pengetahuan diri yang baik, kamu akan lebih mudah mempercayai bahwa segala hal yang telah kamu capai adalah hasil dari kemampuanmu.
Last but not least, jangan lupa mengapresiasi diri sendiri ya Gen Muda! You’ve worked hard to be where you are.
Apabila kamu merasa bahwa impostor syndrome yang kamu alami sudah sangat mengganggu, jangan ragu untuk meminta bantuan profesional ya.

Written by Anggia

Referensi :
Ayim-Aboagye, Desmond. (2018). Fundamental Theorem of the Theory of Superiority Complex. International Journal of Emerging Trends in Science and Technology. 5. 10.18535/ijetst/v5i7.05.
Gravois, J. (2007). You‟re not fooling anyone. The Chronicle of Higher Education, 54(11), A1. Diakses pada 14 Juli 2023, dari http://chronicle.com
Sakulku, J. (2011). The Impostor Phenomenon. The Journal of Behavioral Science, 6(1), 75–97. https://doi.org/10.14456/ijbs.2011.6